Wednesday, February 6, 2013

Undangan Atau SBMPTN?

Tiba-tiba pingin nulis sesuatu. Beneran deh, minggu ini termasuk one week of living hell. Ulangan harian beruntun mamen, padahal bukan UH bersama kaya waktu SMP dulu. Senin ada matematika sama jepang, selasa agama, rabu kimia, kamis bahasa inggris, jumat? Gatau deh semoga nggak. Dan hari ini ulangan matematika dibagiin. Demi apa aku salahnya terletak di tanda plus dan minus semua. Demi apa, aku ternyata sangat nggak teliti. Dodol gitu rasanya. Seperti yang dikatakan Gomce, Pak Pur waktu ngoreksi ulangannya anak-anak mbatin be'e yo. Habis rata-rata emang anak-anak gak teliti. Yah, tapi untung ya ini cuma UH. Bukan SBM PTN. Bisa berabe kalo gak telitinya disana. Ya gak?

Anyway, ngomongin SBM PTN, entah kenapa aku kepikiran buat ngambil tes jalur itu aja. Habis jujur aja aku nggak seberapa percaya sama sistem undangan yang sekarang. Kalo menurutku, sistem undangan sekarang itu sistem 'kepercayaan'. Gimana nggak, nilai dimasukin sendiri sama sekolah terus diverifikasi sendiri. Apalagi nanti undangannya dicampur nilai UNAS. Rawan kecurangan. Bukannya mau suudzon sih, tapi ngelihat nasib-nasib tes semacam ini yang banyak didominasi perilaku kotor kaya contekan massal sama joki, ya gimana aku nggak ngeraguin sistem 'kepercayaan' ini? Kalo kaya gini kan bisa aja malah sekolahnya yang curang dengan me-mark-up nilai siswa-siswanya. Kata pemerintah mau meratakan pendidikan untuk jenjang perguruan tinggi pake sistem undangan ini, tapi aku nggak melihat itu bisa meratakan pendidikan. Malah bisa dicurangi kan. Gitu rata ya? Nggak.

Pernah dulu kepikiran buat rajin belajar biar bisa masuk lewat undangan. Tapi itu dulu, sebelum kuota undangan dinaikkan dan hal-hal seputar masuk perguruan tinggi makin diribetin. Dan sekarang undangan dari semester satu? What the hell are you trying to say, man. Grafik nilaiku udah terlanjur berbentuk gunung. Tinggi di semester dua dan hancur di semester satu dan tiga. Karena dulu pikirku undangan dihitung dari semester tiga, aku santai aja di semester tiga. Dijelek-jelekin aja dulu pikirku. Tapi ya bodo banget aku gitu. Harusnya aku nurutin kata mama aja. Belajar yang rajin dari semester satu, jangan dari kelas dua tok. Nyesel kan sekarang. Tapi ya udah, yang udah terjadi terjadilah. Intinya, aku nargetin buat masuk PTN lewat SBMPTN. Yah, oke, aku juga bakal nyoba undangan meski peluangnya kecil. Apa salahnya nyoba? Ga ada kan~



Satu hal yang masih menghantuiku adalah : "Mau kuliah mana? Jurusan apa?"

8 comments:

  1. Face it with smile ~ .. and hardwork, though --"
    Dan kalo buat pertanyaanmu, aku ada 1 saran lagi:
    'Selami dirimu dan kamu akan tau'. Ada banyak kemungkinan di sana nanti. Yea~

    ReplyDelete
    Replies
    1. *smiling*
      Yah, aku belum cukup mengerti tentang diriku sendiri .__.

      Delete
    2. Mumpung kamu masih punya waktu. Jangan sia"in. Curhat aja sih. Kalo aku, hal yang tak benci itu bukannya nyesel ngelakuin tapi terkadang justru nyesel ndak ngelakuin.. (hubungannya apa? ._.a)

      Delete
    3. one thing simply... you'll find ur happiness with me :D @aun

      Delete
  2. Semangat kakak... tapi walaupun seburuk apapun nilaimu sekarang jangan sampai dirimu berhenti untuk berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya...jangan semudah itu putus asanya... Allah pasti memberikan yang terbaik bagi mereka yang memang pantas mendapatkannya...

    ReplyDelete
  3. BTW aku juga bingung mau masuk mana... mau masuk arsitek tapi udah terjerumus ke biologi... kenapa aku sering terjerumus ke sesuatu yang tidak seberapa ingin kutekuni ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo aku sih mending ke jurusan yang kamu enjoy. Misalnya kamu enjoy arsitektur, ya udah itu aja.

      Btw arsitektur itu banyak fisikanya lho hihi, tapi gak sebanyak sipil sih .-.

      Delete
  4. Ndak papa to de. Seingetku mas anas yang medali emas astronomi itu akhirnya masuk FTTM. Ndak masalah kamu mau nekunin apa. Kalo menurutmu bagus ya ndak papa~

    ReplyDelete